
Hipertensi ditemukan pada ibu hamil baik pada penyakit sebelumnya (5-15% dari
total ibu hamil) atau
sebagai gangguan yang
berhubungan dengan kehamilan,
pre-eklamsia (Lyoyd, dalam
Wylie). Hipertensi
dijuluki sebagai the silent killer karena biasanya tidak menunjukkan gejala dan hanya terdiagnosis
melalui skrinning atau ketika penyakit
tersebut bermanifestasi pada komplikasi
gangguan tertentu. Hipertensi sangat signifikan
berkontribusi terhadap angka kesakitan
dan kematian ibu dan janin sehingga perlu dilakukan
skrinning awal dan pemeriksaan
lanjutan selama kehamilan.
Perubahan
Fisiologis Sistem Kardiovaskuler Dalam Kehamilan
Sistem kardiovaskuler
selama kehamilan
harus memenuhi kebutuhan yang meningkat antara ibu dan janin. Peningkatan curah jantung selama kehamilan
berkisar 40% pada trimester pertama dan kedua (Murray dalam Wylie). Peningkatan
curah jantung memungkinkan darah mengalir malalui sirkulasi
tambahan yang terbentuk di uterus
yang membesar dan dinding plasenta
dan memenuhi kebutuhan tambahan pada organ lainnya di tubuh ibu.
Jumlah dan panjang pembuluh darah yang
dialirkan ke plasenta meningkat
sehingga terjadi vasodilatasi sebagai akibat aktivitas hormon progesteron pada otot polos dinding pembuluh darah. Selama kehamilan terjadi
peningkatan volume plasma
darah hingga 50% dan jumlah sel darah
meningkat hingga 18% untuk mengompensasi penurunan volume darah akibat
pembentukan darah ekstra dan
vasodilatasi (Blackburn dalam Wylie). Peningkatan volume plasma yang diimbangi dengan
jumlah sel darah dan protein dalam darah yang bersikulasi dapat
menyebabkan penurunan cairan
pada kompartemen cairan
interstisial dinding kapiler, sehingga mengakibatkan edema pada wanita hamil.
Penyebab
Hipertensi Dalam Kehamilan
Penyebab hipertensi pada sebagian
besar kasus, tidak diketahui sehingga disebut hipertensi esensial. Namun
demikian, pada sebagian kecil kasus hipertensi merupakan akibat
sekunder proses penyakit lainnya, seperti ginjal; defek adrenal; komplikasi terapi obat.
Penyebab hipertensi dalam
kehamilan adalah:
- Hipertensi esensial
- Penyakit ginjal
Hipertensi
Esensial
Hipertensi esensial adalah penyakit hipertensi yang disebabkan
oleh faktor herediter, faktor emosi dan lingkungan. Wanita hamil dengan hipertensi esensial memiliki tekanan darah sekitar
140/90 mmHg sampai 160/100 mmHg. Gejala-gejala lain seperti kelainan jantung, arteriosklerosis, perdarahan otak, dan penyakit ginjal akan timbul setelah dalam
waktu yang lama dan penyakit
terus berlanjut. Hipertensi
esensial dalam kehamilan
akan berlangsung normal sampai
usia kehamilan
aterm. Sekitar 20% dari wanita hamil akan
menunjukkan kenaikan tekanan
darah, dapat disertai proteinuria
dan edema.
Faktor resiko hipertensi esensial dalam kehamilan adalah:
wanita hamil multipara dengan usia lanjut
dan kasus toksemia
gravidarum. Penanganan
dilakukan saat dalam kehamilan dan
dalam persalinan.
Penanganan dalam kehamilan
meliputi: pemeriksaan antenatal yang teratur; cukup istirahat; monitor penambahan berat badan; dan melakukan pengawasan ibu dan janin; pemberian obat (anti hipertensi dan penenang);
terminasi kehamilan
dilakukan jika ada tanda-tanda hipertensi
ganas.
Penanganan dalam persalinan
meliputi: pengawasan pada
setiap kala persalinan;
secsio sesarea dilakukan pada wanita
primitua dengan anak hidup.
Prognosis untuk ibu dan janin
kurang baik. Beberapa nasehat yang dapat diberikan pada wanita hamil adalah:
pemakaian alat
kontrasepsi bagi wanita
dengan jumlah anak belum cukup.
Penyakit
Ginjal Hipertensif
Penyakit ginjal dengan hipertensi dapat dijumpai
pada wanita hamil dengan
glomerulonefritis akut dan kronik; pielonefritis akut dan kronik. Frekuensi
kejadian sekitar 1% secara klinis dan secara patologi-anatomi kira-kira 15%. Pemeriksaan yang dilakukan
dengan cara: pemeriksaan urin lengkap dan faal ginjal; pemeriksaan retina; pemeriksaan umum; pemeriksaan kuantitatif
albumin air kencing dan pemeriksaaan darah
lengkap. Nasehat yang dapat diberikan ke pasien adalah: pemerilksaan antenatal yang teratur; pengawasan pertumbuhan janin dan kesehatan ibu.
Klasifikasi
Hipertensi Dalam Kehamilan
Klasifikasi hipertensi dalam
kehamilan adalah sebagai berikut:
- Hipertensi esensial.
- Hipertensi esensial disertai superimposed pregnancy-induced hypertension.
- Hipertensi diinduksi kehamilan (pregnancy-induced hypertension, PIH).
- Pre-eklamsia.
- Eklamsia.
Hipertensi
esensial
Hipertensi pre-existing
dikenal dengan hipertensi
kronis atau esensial. Hipertensi
esensial sudah dibahas pada awal sub bab ini.
Hipertensi
esensial disertai superimposed pregnancy-induced hypertension
Superimposed pregnancy-induced
hypertension atau pre-eklamsia dapat terjadi selama kehamilan. Komplikasi dari hipertensi esensial
diindikasikan oleh ketidakmampuan tubuh
untuk mengompensasi patologi
penyebab hipertensi yang
menghambat darah menyuplai gas
dan nutrien ke jaringan dan
organ tubuh. Komplikasi lain yang mungkin
timbul antara lain: gagal ginjal;
serangan vaskuler serebral
(stroke); ensefalopati. Prognosis kondisi tersebut cenderung buruk.
Pregnancy-induced
hypertension, PIH
Hipertensi diinduksi kehamilan
(pregnancy-induced hypertension, PIH) adalah peningkatan tekanan darah setelah
minggu ke-20 kehamilan.
Penyebab PIH belum diketahui, akan tetapi telah dihubungkan dengan kasus
pembesaran plasenta. Karena tekanan darah meningkat
tanpa proteinuria, maka
dapat menjadi indikasi bahwa tubuh
tidak mampu mengompensasi patologi
sirkulasi yang berhubungan dengan hipertensi esensial dengan
vaskularisasi tambahan ke plasenta
dan janin. Diagnosisnya apabila
tekanan darah diastolik
> 110 mmHg pada setiap pemeriksaan
atau 90 mmHg pada dua kali atau lebih pemeriksaan, atau selang 4
jam. Penatalaksanaannya diperlukan pengawasan yang cermat
terhadap kondisi ibu dan janin.
Pemeriksaan bagi ibu
antara lain: pemeriksaan fisik lengkap; USG; laboratorium darah dan urin. Sedangkan bagi janin adalah pemeriksaan abdomen; USG; kardiotokografi.
Pre-eklamsia
Pre-eklamsia juga dikenal sebagai hipertensi gestasional
proteinurik, toksemia pre-eklamtik (TPE). Pre-eklamsia merupakan gangguan multisistem yang
bersifat spesifik terhadap kehamilan dan
masa nifas.
Lebih tepatnya, penyakit ini
merupakan penyakit plasenta.
Angka kejadian pre-eklamsia sekitar 6-8% dari
semua kehamilan.
Penyebab pre-eklamsia belum
diketahui secara pasti. Pre-eklamsia
ditandai dengan gejala tekanan darah ? 140/90
mmHg, proteinuria dan edema pada wajah maupun tangan.
Pre-eklamsia terbagi menjadi pre-eklamsia ringan dan pre-eklamsia berat. Komplikasi pre-eklamsia jangka pendek antara lain: gagal ginjal; eklamsia; stoke; kematian ibu; HELLP; DIC;
dan masih banyak lainnya. Penanganan
pre-eklamsia sesuai dengan
klasifikasinya.
Eklamsia
Eklamsia didefinisikan sebagai
satu atau lebih kejang
menyeluruh atau koma dalam kondisi pre-eklamsia tanpa ada kondisi
neurolig lain. Eklamsia
dianggap sebagai tahap akhir pre-eklamsia.
Eklamsia dapat terjadi
selama periode pranatal, intranatal, dan pascanatal. Yang paling
beresiko adalah periode pascanatal.
Komplikasi terjadinya eklamsia adalah kematian; perdarahan serebral; edema paru; ARDS; gagal ginjal. Ibu dengan pre-eklamsia berat beresiko
mengalami kejang berulang,
sehingga pencegahan dan penanganan dapat dilakukan
dengan pemberian Magnesium
Sulfat secara intravena.
Referensi
Mochtar, Rustam. 1998.Sinopsis Obstetri. Obstetri Fisiologi Dan Obstetri Patologi.
Jilid 1. Jakarta: EGC. Hlm: 198-208.
Norwitz, Errol. 2007. At a Glance Obstetri dan Ginekologi. Jakarta: Erlangga. Hlm: 88-89.
Scott, James. Danforth, Buku Saku Obstetri dan Ginekologi. Jakarta: Widya Medika. Hlm: 202-213.
Wylie, Linda, 2010. Manajemen Kebidanan: Gangguan Medis Kehamilan dan Persalinan. Jakarta: EGC. Hlm:13-41.
Image, hothealthonline.com
Norwitz, Errol. 2007. At a Glance Obstetri dan Ginekologi. Jakarta: Erlangga. Hlm: 88-89.
Scott, James. Danforth, Buku Saku Obstetri dan Ginekologi. Jakarta: Widya Medika. Hlm: 202-213.
Wylie, Linda, 2010. Manajemen Kebidanan: Gangguan Medis Kehamilan dan Persalinan. Jakarta: EGC. Hlm:13-41.
Image, hothealthonline.com
Posting Komentar