
Kehamilan ektopik adalah kehamilan
abnormal yang terjadi di luar rongga rahim, janin tidak dapat bertahan hidup
dan sering tidak berkembang sama sekali. Kehamilan ektopik disebut juga ectopic
pregnancy, ectopic gestation, eccecyesis. Kehamilan ektopik merupakan
penyebab kematian ibu pada umur kehamilan trimester pertama. Frekuensi kejadian
kehamilan ektopik berkisar 1: 14,6 % dari seluruh kehamilan.
Istilah
dalam Kehamilan Ektopik
Beberapa istilah yang berkaitan
dengan kehamilan ektopik antara lain:
- Kehamilan ektopik terganggu adalah kehamilan ektopik yang membahayakan wanita.
- Kehamilan heterotopik adalah kehamilan intrauterin yang berdekatan dengan kehamilan ektopik.
- Kehamilan ektopik kombinasi (combined ectopic pregnancy) adalah kehamilan intrauterin yang bersamaan dengan kehamilan ekstrauterin.
- Kehamilan ektopik rangkap (compound ectopic pregnancy) adalah kehamilan intrauterin dan ekstrauterin lebih dulu terjadi, tapi janin sudah mati dan menjadi litopedion (janin yang sudah membatu).
Penyebab
Kehamilan Ektopik
Penyebab kehamilan ektopik belum
diketahui secara pasti. Namun demikian, penyebab kehamilan ektopik yang paling
sering adalah faktor tuba (95%). Di bawah ini merupakan penyebab kehamilan
ektopik:
- Faktor tuba, meliputi: penyempitan lumen tuba, gangguan silia tuba, operasi dan sterilisasi tuba yang tidak sempurna, endometriosis tuba, tumor;
- Faktor ovum, meliputi: rapid cell devision, migrasi eksternal dan internal ovum, perlekatan membran granulosa;
- Penyakit radang panggul;
- Kegagalan kontrasepsi;
- Efek hormonal, meliputi: penggunaan kontrasepsi mini pil, dan
- Riwayat terminasi kehamilan sebelumnya.
Klasifikasi
Kehamilan Ektopik
Sebagian besar kehamilan ektopik
terjadi pada tuba. Tempat implantasi yang paling sering adalah ampula, kemudian
isthmus, fimbriae, kornu, serta uterus intersisialis. Sedangkan kehamilan
ektopik non-tuba sangat jarang terjadi, tetapi dapat terjadi pada abdomen, ovarium,
atau servik.
Beberapa klasifikasi kehamilan
ektopik adalah:
- Kehamilan interstisial (kornual)
- Kehamilan ovarium
- Kehamilan servik
- kehamilan abdominal
Kehamilan
interstisial (kornual)
Kehamilan interstisial merupakan kehamilan
yang implantasi embrionya di tuba falopi. Pasien menunjukkan gejala yang cukup
lama, sulit didiagnosis dan lesi menyebabkan perdarahan masif ketika terjadi
ruptur. Pada usia kehamilan 6-10 minggu akan terganggu. Hasil konsepsi dapat
mati dan diresorbsi, keguguran, ruptur tuba. Angka kematian ibu akibat kehamilan
interstisial adalah 2 %. Penanganan pada kasus ini dengan laparatomi.
Kehamilan
ovarium
Kehamilan di ovarium lebih sering
dikaitkan dengan perdarahan dalam jumlah banyak dan pasien sering mengalami
ruptur kista korpus luteum secara klinis, pecahnya kehamilan ovarium, torsi, endometriosis.
Kehamilan
servik
Kehamilan servik merupakan kehamilan
dengan nidasi di kanalis servikalis, dinding servik menjadi tipis dan membesar.
Kehamilan di servikalis ini jarang dijumpai. Tanda dari kehamilan ini adalah: kehamilan
terganggu, perdarahan, tanpa nyeri, abortus spontan. Terapinya adalah
histerektomi.
Kehamilan
abdomen
Kehamilan abdominal terbagi menjadi:
primer (implantasi sesudah dibuahi, langsung pada peritonium/ kavum abdominal)
dan sekunder (embrio masih hidup dari tempat primer). Kehamilan dapat aterm dan
anak hidup, namun didapatkan cacat. Fetus mati, degenerasi dan maserasi,
infiltrasi lemak jadi lithopedion/ fetus papyraceus. Terapi kehamilan
abdominal adalah: laparotomi, plasenta dibiarkan (teresorbsi).
Faktor
Resiko Kehamilan Ektopik
Kondisi yang dapat meningkatkan
resiko terjadinya kehamilan ektopik diantaranya adalah: endometriosis; riwayat
radang panggul; riwayat kehamilan ektopik sebelumnya; riwayat pembedahan tuba;
riwayat infertilitas; riwayat pemakaian IUD belum lama berselang; riwayat penyakit
menular seksual (PMS) seperti: gonore dan klamidia; faktor usia hamil di atas
35 tahun; riwayat kebiasaan buruk (merokok) dan pasien dalam proses fertilisasi
in vitro.
Gejala
dan Tanda Kehamilan Ektopik
Ibu hamil yang mengalami kehamilan
ektopik akan merasakan gejala pada usia kehamilan 6-10 minggu. Adapun gejala
dan tanda yang dirasakan antara lain: amenorea/ tidak haid; Nyeri perut bagian
bawah; perdarahan per vaginam iregular (biasanya dalam bentuk bercak-bercak darah);
rasa sakit pada salah satu sisi panggul; tampak pucat; tekanan darah rendah,
denyut nadi meningkat, ibu hamil mengalami pingsan dan terkadang disertai nyeri
bahu akibat iritasi diafragma dari hemoperitoneum.
Diagnosis
Banding Kehamilan Ektopik
Beberapa penyakit yang menyerupai
dengan tanda dan gejala kehamilan ektopik antara lain: abortus iminen, abortus
kompletus, Korpus luteum pecah, perdarahan disfungsional, apendisitis, penyakit
radang panggul, dan fibroid.
Diagnosis
Kehamilan Ektopik
Kehamilan ektopik biasanya sulit
didiagnosa dengan cepat, dikarenakan tanda dan gejala sama dengan kehamilan normal.
Untuk menegakkan diagnosa, maka dapat dilakukan dengan beberapa cara, yaitu:
- Anamnesis, untuk mengetahui keluhan yang dirasakan ibu;
- Pemeriksaan fisik;
- Tes kehamilan;
- Pengukuran kadar beta-HCG;
- Sonografi transvaginal, untuk mendeteksi kantung kehamilan intrauterin;
- Kuldosintesis, untuk mengetahui apakah dalam kavum Douglas ada darah;
- Pemeriksaan hematokrit;
- Dilatasi dan kuretase, dan
- Laparoskopi, digunakan sebagai alat bantu diagnostik terakhir untuk kehamilan ektopik, apabila hasil penilaian prosedur diagnostik yang lainnya meragukan.
Penatalaksanaan
Kehamilan Ektopik
Tujuan pengobatan akan bergeser dari
mencegah kematian menjadi mengurangi kesakitan dan mempertahankan kesuburan,
apabila dilakukan diagnosis yang lebih awal
Adapun penatalaksanaan pada kasus kehamilan
ektopik antara lain:
- Terapi medikamentosa
- Terapi pembedahan
Terapi
medikamentosa
Terapi medikamentosa dapat dilakukan
dengan pemberian Metotreksat (MTX), injeksi intramuskular 50 mg/m2
merupakan pengobatan yang efektif untuk pasien-pasien yang memenuhi kriteria.
Dosis diberikan pada hari ke 1, tetapi kadar beta-HCG akan mengalami
peningkatan selama beberpa hari. Kriteria untuk mendapatkan metotreksat adalah:
stabil secara hemodinamik tanpa perdarahan aktif, pasien ingin mempertahankan
kesuburannya, tidak ditemukan gerakan janin dan kadar beta-HCG tidak
lebih 6000 mIU/ml.
Adapun kontraindikasinya adalah:
imunodefisiensi, ibu menyusui, alkoholisme, leukopenia, penyakit paru aktif,
disfungsi hati, disfungsi ginjal, gerakan jantung embrio dan kantung kehamilan
lebih dari 3,5 cm.
Terapi
pembedahan
Terapi pembedahan definitif berupa
salpingektomi merupakan terapi pilihan untuk wanita yang secara hemodinamik
tidak stabil. Adapun terapi pembedahan konservatif yang sepenuhnya sesuai untuk
pasien dengan hmodinamik stabil adalah:
- Salpingostomi linear laparoskopik adalah prosedur yang paling sering digunakan.
- Salpingektomi parsial meripakan pengangkatan bagian tuba falopi yang rusak dan diindikasikan ketika terdapat kerusakan yang luas atau perdarahan lanjutan setelah salpingostomi.
Prognosis
Kehamilan Ektopik
Sepertiga dari wanita yang pernah
mengalami kehamilan ektopik, untuk selanjutnya dapat hamil lagi. Kehamilan
ektopik bisa terjadi kembali pada sepertiga wanita dan beberapa wanita tidak hamil
lagi. Kemungkinan wanita dapat berhasil hamil, tergantung dari: faktor usia,
apakah sudah memiliki anak dan mengapa kehamilan ektopik pertama terjadi.
Sedangkan tingkat kematian akibat kehamilan ektopik telah terjadi penurunan
dalam 30 tahun terakhir menjadi kurang dari 0,1%.
Komplikasi
Kehamilan Ektopik
Komplikasi yang dapat timbul akibat kehamilan
ektopik, yaitu: ruptur tuba atau uterus, tergantung lokasi kehamilan, dan hal
ini dapat menyebabkan perdarahan masif, syok, DIC, dan kematian.
Komplikasi yang timbul akibat pembedahan
antara lain: perdarahan, infeksi, kerusakan organ sekitar (usus, kandung kemih,
ureter, dan pembuluh darah besar). Selain itu ada juga komplikasi terkait
tindakan anestesi.
Referensi
Errol, Norwitz. 2008. At aGlance Obstetri
dan Ginekologi. Jakarta: Erlanga. Hlm: 16-17
Fadlun, dkk. 2011. Asuhan Kebidanan Patologis. Jakarta : Salemba Medika. Hlm. 43-47.
Rustam, Mochtar. 1998. Sinopsis Obstetri. Edisi 2. Jakarta: EGC. Hlm. 226-237.
Scoot, James. 2002. Danforth Buku Saku Obstetri Dan Ginekologi. Jakarta: Widya Medika. Hlm116-123.
Linda J. Vorvick, MD. Ectopic Pregnancy. nlm.nih.gov/medlineplus/ency/article/000895.htm Diunduh 3 April 2012 pukul 01:40 WIB.
Josie, tenor. 2000. Ectopic Pregnancy. aafp.org/afp/2000/0215/p1080.html Diunduh 3 April 2012 pukul 02:10 WIB.
Anggasuryadi. 2010. Kehamilan Ektopik. anggasuryadi.wordpress.com/2010/01/23/kehamilan-ektopik/ Diunduh 3 April 2012 pukul 03:42 WIB.
Image, umm.edu
Fadlun, dkk. 2011. Asuhan Kebidanan Patologis. Jakarta : Salemba Medika. Hlm. 43-47.
Rustam, Mochtar. 1998. Sinopsis Obstetri. Edisi 2. Jakarta: EGC. Hlm. 226-237.
Scoot, James. 2002. Danforth Buku Saku Obstetri Dan Ginekologi. Jakarta: Widya Medika. Hlm116-123.
Linda J. Vorvick, MD. Ectopic Pregnancy. nlm.nih.gov/medlineplus/ency/article/000895.htm Diunduh 3 April 2012 pukul 01:40 WIB.
Josie, tenor. 2000. Ectopic Pregnancy. aafp.org/afp/2000/0215/p1080.html Diunduh 3 April 2012 pukul 02:10 WIB.
Anggasuryadi. 2010. Kehamilan Ektopik. anggasuryadi.wordpress.com/2010/01/23/kehamilan-ektopik/ Diunduh 3 April 2012 pukul 03:42 WIB.
Image, umm.edu
Posting Komentar